FoodieKonika-Perjalanan dimulai dengan gerobak Tahu Tek yang didorong keliling Surabaya sejak tahun 1989. Kini 34 tahun lamanya, Pak Nur telah mentranformasi usaha kecilnya menjadi warisan kuliner. Setiap 1 piring Tahu Tek yang disajikan bukan hanya sekedar makanan, tetapi dedikasi panjang bagi seorang pedagang untuk menjaga rasa agar tetap sama.
Kamis, 12 Juni 2025
FoodieKonika- Di tengah persaingan ketat dunia kuliner, sebuah warung makan sederhana di Surabaya justru berhasil mencuri perhatian dengan kekuatan rasa dan cerita lintas generasi. Usaha bernama Sego Sambel Sederhana, yang berlokasi di Jl. Rungkut Madya tepatnya depan pintu 1 kampus UPN ”Veteran” Jawa Timur , kini memasuki generasi ketiga dan tetap eksis sebagai pilihan kuliner favorit warga sekitar.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Usaha ini pertama kali di rintis pada tahun 2004 oleh Mbah dari Rafael, yang kini menjadi pengelola digenerasi ketiga. Setelah sang pendiri memutuskan untuk beristirahat dan kembali ke desa, usaha ini diteruskan oleh ibu Rafael pada tahun 2010. Namun karena mengalami kendala kesehatan, ibu Rafael kemudian menyerahkan usaha Sego Sambel Sederhana ini kepada putranya, Rafael, yang kini menjalankan usaha tersebut di usianya yang baru 20 tahun.
Sego Sambel Sahara menawarkan konsep prasmanan dengan pilihan lauk setengah matang yang dapat dipilih langsung oleh konsumen. Harganya juga sangat terjangkau, dibandrol mulai dari Rp. 12.000,00. Meskipun tampilan tempatnya terbilang sederhana, warung ini justru dikenal luas karena cita rasa khas dan konsistensi pelayanan yang dijaga dari generasi ke generasi.
Rafael menyebutkan bahwa meskipun terdapat peluang untuk memperluas tempat usaha, keterbatasan lokasi dan pertimbangan terhadap kenyamanan pelanggan menjadi alasan utama untuk tetap bertahan di lokasi awal. "Jika berpindah lokasi, pelanggan bisa kesulitan mencari tempat baru dan hal itu bisa berdampak pada penurunan omset," ungkapnya.
Dalam sebulan, omset Sego Sambel Sederhana dikabarkan hampir menyentuh angka dua digit, yang menandakan loyalitas pelanggan tetap tinggi. Perkembangan wilayah sekitar yang semakin ramai dan berkembang juga turut memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan usaha ini.
Dengan mengedepankan kualitas rasa dan suasana yang akrab, Sego Sambel Sederhana menjadi salah satu contoh keberhasilan usaha kuliner keluarga yang mampu beradaptasi dan bertahan di tengah gempuran bisnis makanan modern.
Penulis : Aura Arwa
Editor : Salwa Nadhirah
Editor Web : Ivana Ayu Nurunnisa
FoodieKonika-Cita rasa legendaris yang terus hidup dan menggoda selera, Tahu Campur Cak Kahar. Usaha kuliner legendaris Tahu Campur Cak Kahar terus menggugah selera warga Surabaya. Cak Kahar, sang pemilik saat ini, dengan bangga meneruskan usaha turun-temurun ini dari neneknya, Ibu Aminah. Sebelum menjadi depot, Tahu Campur Legendaris Cak Kahar ini sempat berjualan di pinggir jalan yang saat itu letaknya di depan hotel JW Marriott Surabaya. Hingga saat ini Cak Kahar berhasil mendirikan depot dengan fasilitas yang lebih memadahi dan lebih bersih daripada di tempat yang saat itu masih di pinggir jalan.
Melihat masih banyak pelanggan yang senantiasa mendukung dan merindukan rasa khas masakan keluarganya tersebut, Cak Kahar pun memutuskan untuk meneruskan usaha keluarga ini. Ia melihat bahwa usaha ini bukan sekadar mata pencaharian, melainkan juga warisan keluarga yang tak ternilai harganya.
"Saya merasa punya tanggung jawab buat nerusin usaha jualan ini. Bukan berarti karena ini milik keluarga saya, tapi masih banyak pelanggan yang sudah puluhan tahun langganan di sini," ujar Cak Kahar.
Saat ini, depot Tahu Campur Cak Kahar menempati lokasi yang lebih permanen dengan semangat baru dalam pengelolaan depot di Jl. Raya Embong Malang, tepatnya di depan Bank MAS. Meskipun telah berpindah tempat dan sudah lebih modern dari tempat sebelumnya, Cak Kahar selaku pemilik depot legendaris Tahu Campur ini memilih untuk tetap mempertahankan rasa khas yang menjadi ciri khas keluarganya sejak puluhan tahun lalu.
Hal tersebut Cak Kahar terapkan dengan cara memasak dan meracik bumbu tradisional yang beliau pelajari langsung dari sang nenek sehingga rasanya tetap autentik. Ia sendiri setiap hari memastikan setiap porsi selalu disajikan dengan kualitas terbaik. Ditambah lagi, lokasi saat ini cukup strategis dan mudah dijangkau.
“Usaha jualan ini sudah jadi warisan dari keluarga saya, jadi sayang kalau ndak ada yang meneruskan" Ujar Cak Kahar. Selain itu, melihat antusiasme pelanggan yang terus meningkat, Cak Kahar memutuskan untuk meneruskan usaha kuliner ini dengan mempertahankan resep asli neneknya. Beliau mengaku bahwa pelanggan lama tetap setia datang kembali karena rasa masakan yang autentik, konsisten, dan penuh nostalgia.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Cak Kahar lebih lanjut dengan tekun mengelola depot ini dan menyajikan hidangan dengan penuh dedikasi. Ia tidak hanya menjual tahu campur yang menjadi menu andalan, tetapi juga menyajikan menu baru. Selain menu andalan itu, Cak Kahar juga menyajikan tahu tek, hidangan khas Surabaya lain yang menjadi favorit banyak pelanggan.
Dua menu ini selalu berhasil menarik perhatian pelanggan, baik dari dalam kota maupun luar kota dan menjadikan depot milik Cak Kahar sebagai salah satu destinasi kuliner yang wajib dikunjungi di Surabaya.
Keberadaan depot ini bukan hanya soal makanan, tetapi juga menyorot nilai sejarah yang ada di dalamnya. Julukan "legendaris" dari depot ini sudah melekat kuat karena konsistensinya dan ketahanan usaha yang sudah melintasi lebih dari enam dekade. Hal itu dapat terlihat dari pelanggan yang datang datang silih berganti, mulai dari warga lokal, pekerja kantor sekitar, hingga wisatawan dari luar kota.
Banyak di antara mereka yang sudah mengenal cita rasa tahu campur ini sejak masih kecil dan kini datang bersama teman, saudara, bahkan anak-anak mereka. Dan di setiap pelanggan baru itu, Cak Kahar senantiasa menyambut mereka dengan hangat, menyajikan makanan sambil sesekali berbincang santai.
Selama lebih dari enam dekade, usaha ini terus bertahan meski menghadapi berbagai tantangan, termasuk perubahan zaman dan selera makan masyarakat. Namun, Cak Kahar tak gentar. Ia tetap berinovasi tanpa harus menghilangkan identitas asli dari tahu campur racikan neneknya. Ia percaya, warisan kuliner seperti ini harus terus hidup agar generasi mendatang tetap bisa menikmati kelezatan asli tahu campur legendaris yang ada di surabaya.
Penulis : Refanny Yunira
Editor : Bintang Mahesa A.R.H
Editor Web : Ivana Ayu Nurunnisa
FoodieKonika-Rawon adalah makanan khas Surabaya yang mudah ditemui, Salah satu penjual rawon yang sangat enak ialah Ibu Yatina. Bu Yatina telah menekuni usaha rawon selama lebih dari 15 tahun. Awalnya, ia hanya memasak rawon di rumah untuk keluarga, namun karena banyak yang menyukai rasanya, ia mulai menjualnya di depan rumah. Lokasi ini dipilih karena lebih ramai pengunjung dan mudah dijangkau dari jalan raya serta pemukiman sekitar. Selain itu, Bu Yatina sudah dikenal baik oleh masyarakat setempat, sehingga usahanya cepat berkembang.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Bu Yatina dalam menjalankan usahanya adalah kesulitan mendapatkan bahan baku berkualitas, terutama daging sapi dan bumbu segar. Harga bahan baku yang sering naik turun membuatnya harus pintar-pintar mengatur pengeluaran. Meski begitu, Bu Yatina selalu berusaha menjaga kualitas bahan agar rasa rawonnya tetap konsisten dan memuaskan pelanggan. Ia percaya bahwa menjaga rasa adalah kunci keberhasilan usaha kulinernya.
Target pasar utama Bu Yatina sangat beragam, mulai dari pekerja kantor yang ingin makan siang praktis, orang yang berlalu lalang, hingga anak muda yang mencari makanan khas Jawa Timur yang lezat dan hangat. Dengan pelayanan yang ramah dan rasa yang autentik, Bu Yatina berhasil menarik banyak pelanggan setia yang terus kembali membeli rawonnya.
Selain aspek bisnis, berjualan rawon bagi Bu Yatina juga merupakan bentuk kecintaannya pada masakan tradisional dan usaha melestarikan resep keluarga yang sudah turun-temurun. Ia selalu meracik bumbu sendiri dengan teliti dan menggunakan bahan-bahan segar setiap hari. Sebelum dijual, Bu Yatina rutin mencicipi masakannya untuk memastikan rasa tetap enak dan tidak berubah. Ia juga terbuka menerima masukan dari pelanggan sebagai bahan evaluasi agar kualitas rawonnya semakin baik.
Dengan ketekunan dan semangat yang tinggi, Bu Yatina berhasil mengembangkan usahanya meski menghadapi berbagai tantangan. Usaha rawon yang dirintisnya kini semakin lancar dan dikenal. Kisah Bu Yatina menjadi inspirasi bagi pelaku usaha kecil lainnya untuk terus berjuang menjaga kualitas produk dan melestarikan tradisi kuliner Indonesia. Semangat dan dedikasinya menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan cinta pada produk, usaha kecil bisa bertahan dan berkembang di tengah persaingan pasar.
Rabu, 11 Juni 2025
FoodieKonika-Soto Cak Har kini dikenal sebagai salah satu kuliner legendaris di Surabaya. Dengan kuah kuning khas Lamongan, koya gurih, dan potongan daging melimpah, rumah makan ini tidak pernah sepi pengunjung. Di balik kesuksesan ini, ada sosok sederhana bernama Kahar, yang akrab dipanggil Cak Har, seorang pria lulusan Sekolah Dasar (SD) yang memulai usahanya sejak tahun 1992 dari nol.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pada awalnya, Har hanya bermodal pinjaman sebesar Rp200.000 untuk berjualan soto menggunakan gerobak. Ia berkeliling dari satu lokasi ke lokasi lain di Surabaya hingga akhirnya mampu membuka warung tetap. Kini, Soto Cak Har memiliki beberapa cabang, yakni cabang pertama berada di Jl. Arief Rahman Hakim No. 6, sementara cabang kedua terletak di Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No. 220, Surabaya. Adapun cabang yang baru dibuka berlokasi di Jl. Raya Sidojangkung Menganti.
Salah satu karyawan lama di rumah makan tersebut menyampaikan bahwa sang pemilik sangat menekankan pentingnya pelayanan dan kualitas masakan sejak awal usaha dirintis. “Pak Har itu selalu ingatkan kami supaya tempat bersih, rasa terjaga, dan pelanggan dilayani cepat,” ujarnya saat diwawancarai, Senin (09/06/2025).
Meskipun usahanya terus berkembang, Cak Har dikabarkan tidak memiliki rencana untuk melakukan ekspansi besar-besaran. Ia memilih untuk tetap fokus bekerja selama masih mampu.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Keistimewaan Soto Cak Har tak hanya terletak pada rasanya, tetapi juga dari pengalaman pelanggan. Salah satunya Rafli Yushar, warga Sidoarjo, yang rutin datang setiap akhir pekan meskipun harus menempuh jarak cukup jauh. “Koya-nya gurih tapi nggak asin, dagingnya banyak, tempatnya juga bersih terus. Jadi saya nggak keberatan meski harus jauh-jauh ke sini,” kata Rafli saat diwawancarai selesai menikmati soto.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Kini, soto cak har bukan sekedar tempat makan, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa
kerja keras, ketekunan, dan pelayanan yang baik dapat mengantarkan seseorang meraih
kesuksesan, bahkan tanpa latar pendidikan tinggi.
Penulis : Balqisha Salsabila
Editor: Danisha Aliya
Editor Web : Ivana Ayu Nurunnisa